3EA18
10210905
"PENALARAN DEDUKTIF"
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
denganconsequence (konklusi).
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari
hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih
rendah.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi
menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.
1.
Penarikan
simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah
penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat
menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
1. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai
rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut
adalah manusia. (simpulan)
2. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata
berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah
senjata tidak berbahaya. (simpulan)
3. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah
adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P.
(simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S.
(simpulan)
Contoh: Semua kucing adalah berbulu.
(premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)
2.
Penarikan simpulan secara tidak
langsung
Untuk penarikan simpulan secara
tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut
akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang
bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan
penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
-
Semua manusia akan mati
Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati. (simpulan)
-
Semua manusia bijaksana
Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana.
(simpulan)
2.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
-
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari
Pada malam hari tidak ada sinar
matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada
proses fotosintesis.
-
Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme
dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan
silogisme.
Jenis penalaran
deduktif yaitu:
Ø Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi.
Ø Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas
premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Ø Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Ø Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya
premis minor dan simpulan.
· CONTOH
PARAGRAF DEDUKTIF
Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945
SUMBER :
Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi Umum . jakarta : PT Rineka Cipta
Ambarwati, Sri Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tengah : CV Viva Pakarindo
Arifin, Zaenal, E. dan S.Amran Tasai.2009.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Akademika Pressindo